By: Sugiarto ( Duta Besar WFC cabang Jakarta )
Rasulalah Muhammad SAW sebagai teladan dan contoh bagi umat Islam tidak akan habis-habisnya kita gali dan pelajari dari setiap perilaku kehidupanya.Baik beliau sebagai pemimpin negara, pemimpin agama, tokoh masyarakat, maupun sebaga seorang entrepreneur yang sukses.
Masa kecilnya yang langsung di tempa oleh alam di pedesaan membuat sosok Muhammad Rasulalah SAW menjadi seorang yang mandiri dan pandai melihat peluang yang di kemudian hari sangat mempengaruhi kesuksesan beliau menjadi seorang pedagang.
Latar belakang beliau yang sejak kecil sudah di tinggal oleh orang-orang terdekatnya juga menjadi salah satu factor yang menumbuhkan beliau menjadi seorang yang mempunyai sikap sangat mandiri dan kuat.
Muhammad muda dengan kecerdasan dan karakter kemandirinaya yang kuat mampu membangaun jaringan bisnis yang sangat bagus, para pengusaha besar qurais adalah pathner bisninya. Siti Khadijah adalah salah satu pengusaha besar wanita qurais yang menjadi pathner bisnis beliau yang di kemudian hari menjadi istri beliau.Jaringan bisnis beliau di pupuk atas dasar kepercayaan dan kejujuran, serta berujung pada ridha Ilahi.Contoh sikap-siakp beliau tersebuat menjadi gambaran bagi kita bagaimana dasar-daasar beliu sehingga sukses menjadi seorang entrepreneur.
Dalam berdagang Rasulallah tidak hanya berpikir profit oriented, tapi lebih ke pemerataan dan ridha ilahi, sehingga barang –barang yang di jual tidak menetapkan keuntungan yang besar.Dari prinsip ini menjadikan siklus bisnis beliau terus membesar dengan semakin di minatinya barang dagangan beliau yang harganya lebih murah dari pedagang-pedagang yang lain.Akumulasi dari banyaknya barang yang terjual walaupun hanya mengambil keuntungan kecil maka akan di peroleh untung yang besar di perhitungan akhirnya.
Artikel dari buku Baarakallahu Laka, Bahagianya Merayakan Cinta karya Salim A Fillah, mungkin bisa menjadi awal menajamkan niat kita untuk menjadi seorang entrepreneur dan menuju kebebasan ekonomi, coba kita simak ya..!
“Saya mengamati beberapa sahabat saya yang bekerja di Jakarta.Semua bertitel sarjana dan bekerja di perusahaan bonafide.Betul sih, gaji tinggi, bisa punya rumah bagus, kendaraan bagus.Tetapi mereka berada dalam ikatan kerja yang mengungkung, bahkan sulit mendapat kesempataan pembelajaraan.Mungkin ada yang berprinsip, semakin spesialis kan semakin bagus.Tapi kalau saya kok memaknai semakin spesialis semakin masuk tempurung, semakin tidak mengerti apapun tentang bumi Allah yang luas ini.”
“Berangkat pagi-pagi, jam enam.Karena pilihanya berangkat jam enam lalau sampai tujuan setengah delapan, atau berangkat jam tujuh dan akan sampai tujuan jam sepuluh.Pulangnya juga begitu.Pilihanya:pulang jam empat dan sampai rumah jam delapan malam, atau pulang jam delapan malam sampai rumah jam Sembilan.Macet!Stress!Capek!
“Fuhh.Benar, bisa bikin rumah bagus, tetapi kapan di nikmati?Akhir pekan saja bukanya pergi berlibur?Benar, ‘membahagiakan’ keluarga dengan mencukupi kebutuhanya.Tetapi kapan bisa bercanda saat makan malam , shalat magrib berjama’ah, menyimak bacaan iqra si kecil, menguji hafalanya, mendiskusikan PR-PR nya? Kapan?
“Itu yang posisinya lumayan.Yang kurang dari itu?Banyak , dan masalah menjadi semakin kompleks.Yang berkelebihan dari itu?Ada.Tetapi apa bisa merealisasikan tegaknya syi’ar Allah dalam diri, keluarga, dan masyarakatnya?’Afwan , saya belum berbicara tentang berbagai ujian iman, baik di kepegawaian negeri maupun swasta.Saya nggak tega.
Teman membaca petikan tulisan di atas seolah tergambarkan sebagian dari kita yang kerja dan mencari penghidupan di Jakarta.Pergi pagi pulang malam dengan segala hiruk pikuk Ibu kota, dengan kemcaetanya , polusinya, kesemrawutanya, dan sederet hal buruk lainya.
Kehidupan sebagian kita di Jakarta ini seolah-olah hanya untuk dunia saja, kita terkungkung suatu system yang memaksa kita untuk hal itu.System perundang-undangan ketenaga kerjaan ,yang sama sekali tidak memihak ke pekerja.System tenaga kontrak dan outsource yang mengekploitasi diri-diri kita, dan harapan menjadi pekerja tetap seolah-olah adalah suatu mimpi dan mukjizat, yang itupun tidak menjamin kita meraih kehidupan yang layak.Dari kondisi ini yang sangat mempengaruhi para pemuda untuk takut berumah tangga, tak punya harapan untuk mempunyai tempat tinggal yang layak dan lain sebagainya.
Berangkat dari keadaan dan kondisi ini, tak salah kalau kita niatkan walaupun baru niat he,..untuk mencoba menjadi insan mandiri secara ekonomi, lalu apa yang bisa di lakuakan…”Wirausaha, ya Wirausaha.Rasulallah menyebut “Wirausaha” sebagai sebaik-baik pekerjaan.
Akhir minggu kemarin di masjdi Al-azar ada sebuah bedah buku dalam rangka mengisi ramadhan..”Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian” pasti sudah pada tahu kan buku karya ustad Valentino Dinsi, saya lebih suka menyebut beliau ustad yang sedang dalam proses menghafal Al-Quran, menurut penuturan beliau.
Buku yang akan mengajarkan kita untuk menjadi Wirausaha, bukan hidup seperti kebanyakan pemuda bahkan masyarakat kita yaitu menjadi “priyayi” hidup teratur, ngantor di tempat berac, berpakain rapi d an wangi, tapi terkungkung dalam satu aturan yang menghabiskan waktu kita hanya untuk urusan uang.
Doakan ya walaupun baru niat he… dan membaca teori, suatu saat nanti akan bebas ekonomi, bebas menentukan arah kehidupan, dan bisa melakukan banyak kebaikan bagi sesame dengan menjadi seorang wirausaha.
Rasulalah Muhammad SAW sebagai teladan dan contoh bagi umat Islam tidak akan habis-habisnya kita gali dan pelajari dari setiap perilaku kehidupanya.Baik beliau sebagai pemimpin negara, pemimpin agama, tokoh masyarakat, maupun sebaga seorang entrepreneur yang sukses.
Masa kecilnya yang langsung di tempa oleh alam di pedesaan membuat sosok Muhammad Rasulalah SAW menjadi seorang yang mandiri dan pandai melihat peluang yang di kemudian hari sangat mempengaruhi kesuksesan beliau menjadi seorang pedagang.
Latar belakang beliau yang sejak kecil sudah di tinggal oleh orang-orang terdekatnya juga menjadi salah satu factor yang menumbuhkan beliau menjadi seorang yang mempunyai sikap sangat mandiri dan kuat.
Muhammad muda dengan kecerdasan dan karakter kemandirinaya yang kuat mampu membangaun jaringan bisnis yang sangat bagus, para pengusaha besar qurais adalah pathner bisninya. Siti Khadijah adalah salah satu pengusaha besar wanita qurais yang menjadi pathner bisnis beliau yang di kemudian hari menjadi istri beliau.Jaringan bisnis beliau di pupuk atas dasar kepercayaan dan kejujuran, serta berujung pada ridha Ilahi.Contoh sikap-siakp beliau tersebuat menjadi gambaran bagi kita bagaimana dasar-daasar beliu sehingga sukses menjadi seorang entrepreneur.
Dalam berdagang Rasulallah tidak hanya berpikir profit oriented, tapi lebih ke pemerataan dan ridha ilahi, sehingga barang –barang yang di jual tidak menetapkan keuntungan yang besar.Dari prinsip ini menjadikan siklus bisnis beliau terus membesar dengan semakin di minatinya barang dagangan beliau yang harganya lebih murah dari pedagang-pedagang yang lain.Akumulasi dari banyaknya barang yang terjual walaupun hanya mengambil keuntungan kecil maka akan di peroleh untung yang besar di perhitungan akhirnya.
Artikel dari buku Baarakallahu Laka, Bahagianya Merayakan Cinta karya Salim A Fillah, mungkin bisa menjadi awal menajamkan niat kita untuk menjadi seorang entrepreneur dan menuju kebebasan ekonomi, coba kita simak ya..!
“Saya mengamati beberapa sahabat saya yang bekerja di Jakarta.Semua bertitel sarjana dan bekerja di perusahaan bonafide.Betul sih, gaji tinggi, bisa punya rumah bagus, kendaraan bagus.Tetapi mereka berada dalam ikatan kerja yang mengungkung, bahkan sulit mendapat kesempataan pembelajaraan.Mungkin ada yang berprinsip, semakin spesialis kan semakin bagus.Tapi kalau saya kok memaknai semakin spesialis semakin masuk tempurung, semakin tidak mengerti apapun tentang bumi Allah yang luas ini.”
“Berangkat pagi-pagi, jam enam.Karena pilihanya berangkat jam enam lalau sampai tujuan setengah delapan, atau berangkat jam tujuh dan akan sampai tujuan jam sepuluh.Pulangnya juga begitu.Pilihanya:pulang jam empat dan sampai rumah jam delapan malam, atau pulang jam delapan malam sampai rumah jam Sembilan.Macet!Stress!Capek!
“Fuhh.Benar, bisa bikin rumah bagus, tetapi kapan di nikmati?Akhir pekan saja bukanya pergi berlibur?Benar, ‘membahagiakan’ keluarga dengan mencukupi kebutuhanya.Tetapi kapan bisa bercanda saat makan malam , shalat magrib berjama’ah, menyimak bacaan iqra si kecil, menguji hafalanya, mendiskusikan PR-PR nya? Kapan?
“Itu yang posisinya lumayan.Yang kurang dari itu?Banyak , dan masalah menjadi semakin kompleks.Yang berkelebihan dari itu?Ada.Tetapi apa bisa merealisasikan tegaknya syi’ar Allah dalam diri, keluarga, dan masyarakatnya?’Afwan , saya belum berbicara tentang berbagai ujian iman, baik di kepegawaian negeri maupun swasta.Saya nggak tega.
Teman membaca petikan tulisan di atas seolah tergambarkan sebagian dari kita yang kerja dan mencari penghidupan di Jakarta.Pergi pagi pulang malam dengan segala hiruk pikuk Ibu kota, dengan kemcaetanya , polusinya, kesemrawutanya, dan sederet hal buruk lainya.
Kehidupan sebagian kita di Jakarta ini seolah-olah hanya untuk dunia saja, kita terkungkung suatu system yang memaksa kita untuk hal itu.System perundang-undangan ketenaga kerjaan ,yang sama sekali tidak memihak ke pekerja.System tenaga kontrak dan outsource yang mengekploitasi diri-diri kita, dan harapan menjadi pekerja tetap seolah-olah adalah suatu mimpi dan mukjizat, yang itupun tidak menjamin kita meraih kehidupan yang layak.Dari kondisi ini yang sangat mempengaruhi para pemuda untuk takut berumah tangga, tak punya harapan untuk mempunyai tempat tinggal yang layak dan lain sebagainya.
Berangkat dari keadaan dan kondisi ini, tak salah kalau kita niatkan walaupun baru niat he,..untuk mencoba menjadi insan mandiri secara ekonomi, lalu apa yang bisa di lakuakan…”Wirausaha, ya Wirausaha.Rasulallah menyebut “Wirausaha” sebagai sebaik-baik pekerjaan.
Akhir minggu kemarin di masjdi Al-azar ada sebuah bedah buku dalam rangka mengisi ramadhan..”Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian” pasti sudah pada tahu kan buku karya ustad Valentino Dinsi, saya lebih suka menyebut beliau ustad yang sedang dalam proses menghafal Al-Quran, menurut penuturan beliau.
Buku yang akan mengajarkan kita untuk menjadi Wirausaha, bukan hidup seperti kebanyakan pemuda bahkan masyarakat kita yaitu menjadi “priyayi” hidup teratur, ngantor di tempat berac, berpakain rapi d an wangi, tapi terkungkung dalam satu aturan yang menghabiskan waktu kita hanya untuk urusan uang.
Doakan ya walaupun baru niat he… dan membaca teori, suatu saat nanti akan bebas ekonomi, bebas menentukan arah kehidupan, dan bisa melakukan banyak kebaikan bagi sesame dengan menjadi seorang wirausaha.
1 komentar:
saya dukung sepenuhnya kang niat mulia dikau...semoga segera dapat terwujud u menjadi enterprenuership yang luar biasa. Banjarnegara membutuhkan generasi seperti saudara. jgn terlalu lama di perantauan bung !!!
ditgu kedatangan-nya di kampung halaman tercinta. salam-wongmbanjar.
Posting Komentar
matursuwun sudah perpartisipasi kasih comment di blog saya. salam wongmbanjar