Senin, 09 November 2009

Kebangkitan Nasional vs Kehancuran Nasional

Memperingati 101 th Kebangkitan Nasional, beberapa bulan yg lalu, yang telah di laksanakan pada tgl 20 Mei 2009, menorehkan sebuah kajian yang mendalam yang perlu di telaah sebagai kritik bagi tiap-tiap individu anak bangsa.
  1. Apa yang telah aku persembahkan untuk Bangsa / Masyarakat ?
  2. Apa yang aku tau dari bangsaku yang menamakan dirinya sebagai bangsa “Endonesia” ?
  3. Seperti apa Ideologi bangsa-ku dan sejauh mana aku memahaminya ?
  4. Seperti apa keadaan bangsa-ku saat ini ?
  5. Kapan bangsa - ku memiliki masa kajayaan sebagaimana layaknya bangsa-bangsa lain yang pernah jaya dan selalu di banggakan oleh para generasinya.
  6. Siapa tokoh bangsa - ku yang patut aku hormati, aku junjung tinggi dan aku kenang atas jasa – jasanya ?
  7. Mengapa warna bendera ”bangsa Endonesia” merah putih ?
  8. Mengapa nama bangsa – ku ” Indonesia ” sementara semua lafal / ucapan masyarakat menyebutnya dengan sebutan ” Endonesia ” ?
  9. Mengapa harus Jakarta sebagai nama dan ibukota bangsa – ku ?
  10. Mengapa Pacasila harus di simbulkan dengan gambar BURUNG GARUDA ?
  11. Mengapa harus ada kalimat ” BHINNEKA TUNGGAL IKA ” ?
    dan segudang pertanyaan lain yang menggelitik dan membuat tidur menjadi sedikit gelisah.

Dan disisi lain, banyak kalimat yang indah yang sering kita baca dan kita dengar seperti :

  1. ” BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG FAHAM AKAN SEJARAHNYA ”
  2. ” BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MEMPU MELAHIRKAN GENERASI YANG BANGGA AKAN BANGSANYA SENDIRI DAN MENCINTAI BUDAYANYA SENDIRI ”
  3. ” BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MEMILIKI IDEOLOGI LUHUR, BERKARAKTER, MENGHARGAI JASA PARA PAHLAWANNYA, DAN MAMPU MENJAGA HUBUNGAN DENGAN TETANGGANYA ”
  4. ” BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MAMPU MENSYUKURI POTENSI BANGSANYA SENDIRI ”
  5. ” BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MAMPU MEMBERIKAN CAHAYA KEHIDUPAN BAGI MASYARAKATNYA DAN JUGA BANGSA LAIN ”

Dan Bagiku :
” BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG SADAR AKAN DIRINYA SENDIRI, TAU AKAN DIRINYA SENDIRI, KENAL AKAN DIRINYA SENDIRI, MENGENAL AKAN DIRINYA SENDIRI DAN TAU SIAPA JATI DIRINYA ”.

  1. Bagaimana aku akan tau siapa JATI DIRI Bangsaku, sementara aku juga tidak MENGENAL seperti apa Negaraku ?
  2. Bagaimana aku akan tau siapa JATIDIRI Bangsaku, sementara aku juga tidak KENAL seperti apa Negaraku ?
  3. Bagaimana aku akan tau siapa JATIDIRI Bangsaku, sementara aku juga tidak TAU seperti apa Negaraku ?
  4. Bagaimana aku akan tau siapa JATIDIRI Bangsaku, sementara aku juga tidak SADAR diNegara mana aku tinggal ?

Dalam tafakurku aku luluhkan kesadaranku, kebaradaanku, keadaanku dan semua keakuanku. Hingga aku menemukan sesuatu yang membuat linangan airmata mengalir seketika, dan dada terasa bergetar dahsyat.
” Betapa bangsaku saat ini telah kehilangan jati dirinya, tidak tau siapa dirinya, tidak kenal siapa dirinya bahkan tidak mengenali siapa dirinya ”.

Bangsaku lebih membanggakan tokoh bangsa lain ketimbang tokoh / pahlawan bangsanya sendiri. Peringatan hari Kartini hanya di jadikan sebuah kamuflase. Rame-rame memakai kain kebaya dan menggunakan belangkon. Sementara itu aku tak tau seperti apa perjuangan R Kartini dan tak kenal adat jawa yang ” Adiluhung ”.

Bangsaku telah ”berkiblat” pada bangsa barat, tanpa tau kemana sebenarnya kiblat yang ”sesungguhnya” yang harus di jadikan fokus hingga aku yakin bahwa ideologi bangsaku jauh lebih ”beradab” dibandingkan dengan bangsa-bangsa barat sebagaimana Soekarno doeloe bangga dengan PANCASILAnya.
Ketika baliau tau bahwa PBB di bentuk demi segelintir golongan, dengan tegas beliau membentuk organisasi tandingan yaitu negara nonblok yang kemudian di tegaskan lagi dengan menjalin persatuan dan kesatuan negara Asia dan Afrika, hingga tercetus apa yang di sebut dengan konferensi asia afrika.
Lahirnya inspirasi inipun bukan sekedar soekarno adalah tokoh pemersatu bangsa, melainkan beliau faham betul sejarah bangsanya. Bukankah patih Gadjah Mada (Majapahit 13-14m) juga pernah berikrar ” tidak akan makan enak dan tidur nyenyak sebelum NUSANTARA BERSATU ” ?

Betapa tokoh-tokoh besar sungguh sangat mencintai rakyatnya dibandingkan dengan dirinya sendiri.
Dan betapa Rasullullah SAW –pun begitu sangat mencintai umatnya. Sebagaimana dikisahkan ketika Rasulullah SAW sedang menjemput ajal dan beliau baginda selalu mengucapkan ” umatku….umatku….umatku….. ” inilah the real ” DAKWAH BIL KHALK ” yang sungguh sangat dahsyat cahayanya. Dan inilah tokoh yang keharuman namanya seperti wangi surga yang akan selalu di kenang dan dibanggakan oleh masyarakat, bangsa maupun umatnya.
Lalu bagaimana dengan tokoh – tokoh bangsa kita pasca soekarno ?

Ketika aku sadari bahwa aku telah bersemayam di buni Nusantara ( endonesia ), dimana secara gografis aku telah berada pada kehidupan yang disebut ” PUSARAN BUMI atau JANTUNG BUMI ” yang bukti kongkritnya adalah terlewatinya kurun waktu 24 jam di bagi dua yaitu 12 jam siang hari dan 12 jam malam hari. Dimana bangsa lain tidak memiliki waktu yang persis sebagaimana bumi yang aku pijak.
Memiliki iklim yang sangat bagus di bandingkan dengan bangsa manapun di dunia hingga nenek moyang kita menyebutnya dengan sebutan kalimat ” TANAH JAWA YANG GEMAH RIPAH LOH DJINAWI ” kemudian musisi kawawakan ” KOES PLUS ” menegaskan kembali dengan kalimat ” TONGKAT DAN KAYU JADI TANAMAN ”.
Sunggung hal tersebut adalah benar adanya. Dan sungguh hal tersebut adalah nilai lebih yang Tuhan berikan pada bangsaku.

  1. Lalu mengapa aku tidak menyadarinya?
  2. Mengapa bangsaku selalu dilanda krisis ?
  3. Mengapa sistem pendidikan bangsaku sedemikian parah dan acurnya?
  4. Mengapa politik bangsaku sedemikian biadabnya ?
  5. Mengapa uang menjadi Tuhan dalam kehidupan bangsaku ?
  6. Mengapa rasa Nasionalisme hilang dan berganti menjadi keangkuhan primordialisme ?
  7. Mengapa harus rakyat kecil yang menjadi korban kebiadaban bangsaku?

Sungguh :

  1. Rakyat membutuhkan ” Perlindungan” yang tulus bukannya perlakuan yang tidak adil dan kesemena-menaan.
  2. Rakyat membutuhkan uluran ” Kasih Sayang ” ditengah penderitaan tak berujung kapan berakhirnya.
  3. Rakyat membutuhkan ”Petunjuk” yang jelas untuk memperbaiki perikehidupannya, bukannya pertunjukan dagelan yang di sodorkan.
  4. Rakyat membutuhkan tokoh ” Pemersatu” bangsa yang mampu memberikan suri tauladan yang luhur, berjiwa besar, mencintai rakyatnya dan mempu memakmurkan umatnya.

Aku tidak akan peduli mau ada berapa ribu partai berada dalam pemilu nanti.
Yang aku pedulikan adalah bagaimana para pemimpin nanti sanggup melakukan :

  1. Mengambalikan sengat persatuan dan kesatuan bangsa kembali utuh dan tidak bercerai berai sebagaimana sekarang sedang terjadi. Bukankah agamaku Islam juga telah mengajarkan betapa persatuan dan kesatuan ”berjamaah” jauh lebih mulia di bandingkan dengan kesendirian dan ke individu-an ?
  2. Mengembalikan Ekonomi ” kerakyatan ” pada tempatnya dan menghilangkan kapitalisme, membunuh liberalisme serta memenjarakan komunisme. Hingga apa yang di sebut dengan ” kemitraan ” dan ” gotong royong ” kembali aku rasakan sebagai salah satu sejatinya perilaku adiluhung bangsaku.
  3. Menanamkan dan menumbuh kembangkan kembali ” jiwa patriotisme ” dengan semangat ” PANCASILA dan 45 ” pada diri generasi bangsa dan seluruh elemen masyakat.
  4. Mendidik anak bangsa dengan ajaran ” MORAL YANG ADI LUHUNG ” melalui pengetahuan keagaan yang benar, mencintai adat dan budaya, memahami sejarah dan menguasai teknologi, ekomoni dan politik.

HuAllahu a’lam bi sauwab….
Nampaknya bangsaku-pun sedang menjalankan kodrat-Nya, menjalankan sekenarioNya.
” Dari tidak ada menjadi ada dan kembali tidak ada ”
” Pertumbuhan bangsaku telah sampai pada masanya hingga akan sampai pada masa dimana ketika bangsa ini hendak di dirikan ”

  1. Sriwijaya hanya satu abad kejayaan yaitu 6 – 7M
  2. Majapahit pun sama satu abad kejayaan yaitu 13 – 14 M
  3. Indonesia hampir satu abad bediri yaitu ” 1945 – 2015

Mungkinkah aku sedang menanti kehancuran bangsaku ?
Ataukah perlu ada ” RUWATAN ” sebagaimana adat jawa jika ada anak kecil yang sakit-sakitan harus di ganti namanya ?
Mungkinkah Indonesia perlu di ruwat menjadi NUSANTARA sebagaimana sejarah Sriwijaya dan Majapahit menyebutnya Nusantara, ”Nusa” = Pulau dan ”Atara” = jarak ?

BERSATU KITA TEGUH BERCARAI KITA RUNTUH !!!

Banjarnegara, 10 Nov 2009

Artikel ini juga pernah di rilis di kompasiana.com bertepatan dengan agenda 101 th Kebangkitan Nasional.

0 komentar:

Posting Komentar

matursuwun sudah perpartisipasi kasih comment di blog saya. salam wongmbanjar

 

Tagline WFC - 01

Landasan Pikiran
Tuhan tidak akan pernah menguji suatu kaum diluar batas kemampuannya.
Tuhan tidak akan mengubah suatu kaum, jika kaum tersebut tidak mau untuk berubah.
Barang siapa bersyukur atas nikmatKu, maka nikmatKu akan Aku lipat gandakan. Dan barangsiapa kufur terhadap nikmatKu, sunguh siksaKu teramat pedih. Al-Khadis

Tagline WFC - 02

Perjuangan dan Cita-Cita
Membangun Nasionalisme tanpa dilandasi dengan pembangunan Priomordialisme yang proporsional adalah sebuah NIHILISME. by Soekarno

Tagline WFC - 03

Inspirasi & Spirit
Hanya kurang satu paku, kuda tidak bisa berjalan dengan optimal
Karena kuda yg satu tidak bisa berjalan dengan optimal, maka rombongan kurang satu kuda
Karena kurang satu kuda, pesan-nya tidak sampai
Karena pesan-nya tidak sampai, akhirnya kalah dalam pertempuran
By : 2Fast2Farious Toktyo Drift Film

Kalou kamu punya mimpi, bangun dan barjuanglah, JANGAN Tidur lagi
By Anggun C Sasmi

Tagline WFC - 04

Pengalaman Hidup
Takdir hanya dimenangkan oleh orang-orang yang mau mendekatkan diri padaNya
Pertempuran hanya dimenangkan oleh orang-oang yang mau berjuang keras dengan semangat yangg membara, penuh dengan integritas, dedikasi dan juga loyalitas.

Jika kamu tidak ingin di khianati, maka kamu tidak boleh mengkhianati
Kepercayaan hanya di dapat dari orang-orang yang jujur dan juga profesional
WongMbanjar Community Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template